🪔 Upacara Ngaben dalam Agama Hindu
✨ Pengantar
Ngaben merupakan salah satu upacara adat dan keagamaan paling sakral dalam tradisi umat Hindu di Bali. Upacara ini dilakukan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal menuju alam roh (moksha), sebagai proses pelepasan unsur duniawi dari sang jiwa.
📜 Apa Itu Ngaben?
Ngaben (juga disebut Pitra Yadnya) adalah upacara pembakaran jenazah (kremasi) yang dilakukan umat Hindu Bali. Istilah "Ngaben" berasal dari kata “api” atau “ngabu” yang berarti menjadikan abu.
Dalam kepercayaan Hindu, manusia terdiri dari unsur fisik dan roh. Saat seseorang meninggal, roh diyakini belum sepenuhnya lepas dan masih berada di alam bawah. Oleh karena itu, roh perlu disucikan melalui upacara Ngaben agar dapat bersatu dengan Brahman (Tuhan) dan terbebas dari siklus kelahiran kembali (samsara).
🎎 Makna Spiritual Upacara Ngaben
Upacara ini bukan sekadar adat atau tradisi, tetapi merupakan bentuk cinta dan tanggung jawab keluarga terhadap leluhur. Ngaben dipercaya sebagai jalan untuk:
-
Menyucikan roh agar dapat mencapai alam tertinggi.
-
Memutuskan ikatan roh dengan dunia fana.
-
Mewujudkan bhakti kepada leluhur.
-
Menjaga keseimbangan kosmis antara alam sekala (nyata) dan niskala (gaib).
🧭 Tahapan-Tahapan dalam Upacara Ngaben
-
Ngeroras atau Ngeringkes (Persiapan Jenazah)
Persiapan ini mencakup membersihkan dan memandikan jenazah serta melakukan doa-doa pengantar. -
Pembuatan Bade dan Lembu
Bade adalah menara berbentuk candi yang akan membawa jenazah ke tempat pembakaran. Lembu adalah wadah menyerupai binatang suci (sapi/lembu) tempat meletakkan jenazah. -
Prosesi Pengusungan Jenazah
Jenazah diusung dalam bade dengan diiringi gamelan, tarian suci, dan nyanyian keagamaan. Suasana penuh warna dan khidmat. -
Pembakaran Jenazah (Kremasi)
Jenazah dibakar di dalam lembu atau wadah lainnya sebagai simbol pelepasan unsur duniawi. -
Nganyut atau Nguwuh
Abu dan sisa jenazah dihanyutkan ke laut atau sungai sebagai lambang pembersihan total dan kembali ke alam semesta. -
Upacara Nyekah
Beberapa hari atau bulan setelah Ngaben, diadakan upacara pelengkap untuk menyatukan roh ke alam Brahman.
📅 Waktu Pelaksanaan
Ngaben tidak dilakukan sembarangan. Hari baik (dewasa ayu) ditentukan berdasarkan kalender Bali (wariga). Kadang upacara dilakukan massal agar biaya lebih ringan, atau ditunda bila belum siap secara materiil.
💸 Ngaben dan Nilai Gotong Royong
Meskipun upacara ini tergolong mahal dan rumit, masyarakat Bali menjalankan dengan semangat gotong royong. Dalam Ngaben Massal, banyak keluarga menggabungkan jenazah untuk menghemat biaya namun tetap sakral.
🎨 Ciri Khas Visual dan Budaya
-
Warna pakaian dominan putih dan kuning.
-
Terdapat baleganjur (musik gamelan khas).
-
Simbol api, air, dan angin sangat kuat sebagai elemen pelepasan.
-
Patung atau bentuk lembu/bade bisa sangat tinggi dan dihias megah.
📷 Galeri Gambar Upacara Ngaben
🔚 Penutup
Ngaben adalah bukti betapa dalamnya spiritualitas dan penghormatan masyarakat Hindu Bali terhadap leluhur. Upacara ini mencerminkan siklus hidup dan kematian sebagai bagian dari perjalanan menuju kesempurnaan jiwa.
Di balik kemegahannya, Ngaben mengajarkan nilai universal: bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, dan kita semua akan kembali pada Sang Pencipta.
UPACARA NGABEN DALAM AGAMA HINDU
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat HIndu di Bali.Upacara ngaben merupakan suatu custom yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya.Ngaben dalam bahasaBali berkonotasi halus yang sering disebut palebon.Palebon berasal dari individualized structure lebu yang artinya prathiwi atau tanah.Palebon artinya menjadikan prathiwi (abu).Untuk menjadikan tanah itu ada dua cara yaitu dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem).
Tujuan dari upacara ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya,yaitu panca maha buthadi alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra.landasan filosofis ngaben secara umum adalah panca sradha yaitu lima kerangka dasar Agama Hindu yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Samsara dan Moksa. Sedangkan secara khusus ngaben dilaksanakan karena wujud cinta kepada para leluhur dan bhakti anak kepada orang tuanya.Upacara ngaben merupakan expositions pengembalian unsur panca maha butha kepada Sang pencipta. Ngaben juga disebut sebagai pitra yadnya ( lontar yama purwana tattwa).Pitra yang artinya leluhur atau orang yang mati sedangkan yadnya adalah persembahan suci yang tulus ikhlas.
Pelaksanaan custom upacara ngaben/Pitra Yadnya
Asal customized structure Atiwa-tiwa: Ati = berkeinginan, Awa = terang atau bening atau bersih. Artinya: Keinginan melaksanakan pebersihan dan penyucian jenasah dan kekuatan Panca Maha buthanya. Atiwa-tiwa juga disebut upacara melelet atau upacara pengeringkesan. Merupakan upacara pebersihan dan penyucian secara permulaan thd jenasah dari kekuatan Panca Maha Butha. Dikenal dg Puja Pitara utk meningkatkan kesucian Petra menjadi Pitara.
Ngeringkes atau Ngelelet pengertiannya adalah pengembalian atau penyucian asal mula dari manusa yaitu berupa huruf2 suci sehingga harus dikembalikan lagi. Manusia lahir diberi kekuatan oleh Sang Hyang Widhi berupa Ongkara Mula, didalam jasad bermanifestasi menjadi Sastra Mudra, Sastra Wrestra (Nuriastra) dan Sastra Swalalita. Ketiga kekuatan sastra ini memberi makna Utpti, Stiti, Pralina (lahir, hidup, mati). Ketiga sastra ini kemudian bermanifestasi lagi memberi jiwa kepada setiap sel tubuh. Sebagai contoh Sastra Wrestra (Nuriastra) antara lain:
1. A = kekuatan pada Ati Putih
2. Na = kekuatan pada Nabi (pusar)
3. Ca = cekoking gulu (ujung leher)
4. Ra = tulang dada (tulang keris)
16. Ja = jejaringan (penutup usus)
Tubuh manusia memiliki 108 Sastra Dirga (huruf suci) yang pada waktu meninggal sastra2 itu dikembalikan ke sastra Ongkara Mula atau disebut Ongkara Pranawa. Expositions pengembalian ini disebut Ngeringkes yang memerlukan upacara dan sarana. Atiwa-tiwa sudah merupakan pensucian tahap permulaan, sehingga setelah atiwa-tiwa jenasah sudah bisa digotong dinaikkan ke paga atau wadah. Jika dikubur tanpa atiwa-tiwa sesungguhnya jenasah tidak boleh digotong, tetapi dijinjing karena masih berstatus Petra.
Peras, pop, daksina, suci alit asoroh, tipat kelanan, canang suci.
Peras, pop, daksina, tipat kelanan, canang pesucian
Peras, pop, daksina. Tipat kelanan. Banten saji pitara asele. Peras pengambean, penyeneng, rantasan. Eteh pesucian, pengulapan, prayascita, bayekawonan. Banten isuh, lis degdeg (lis gede), bundle gading (Kereb Akasa).
Pejati asoroh, banten penyambutan pepegatan angiyu, sebuah lesung, segehan sasah 9 tanding.
Pejati lengkap 4 soroh (termasuk pekeling di Prajapati), Saji Pitra asele, punjung putih kuning, tipat pesor dan nasi angkeb, Peras Pengambean, segehan sasah 9 tanding.
Pejati lengkap asoroh, tumpeng barak, soft drink barak ulam ayam biying mepanggang, prayascita, bayekawonan, pengulapan, segehan barak atanding.
Pejati asoroh, canang payasan, banten peras tulung sayut.
Semua organ tubuh (sebagai awangun) memperoleh material upakara sehingga upakaranya banyak. Ngaben jenis ini diikuti dengan Pengaskaran. Ada dua jenis: (1) Upacara Pengabenan mewangun Sawa Pratek Utama, ada jenasah atau watang matah. (2) Upacara Pengabenan mewangun Nyawa Wedana, tidak ada jenasah tetapi disimbulkan dengan adegan kayu cendana yang digambar dan ditulis aksara sangkanparan. Nyawa Wedana berasal dari individualized structure Nyawa atau nyawang (dibuat simbul). Wedana = rupa atau wujud. Dengan demikian Nyawa Wedana artinya dibuatkan rupa2an (simbolis manusia).
Pengabenan dengan sarana upakaranya ditujukan kepada 9 lobang yang ada pada diri manusia. Pranawa berasal dari individualized structure Prana (lobang, nafas, jalan) dan Nawa (artinya 9). Kesembilan lobang yang dimaksud adalah:
1. Udana (lobang kening), mempengaruhi baik buruknya pikiran
2. Kurma (lobang mata) mempengaruhi budhi baik atau buruk , terobos ke dasendriya
4. Dhananjya (kerongkongan). Kekuatan mempengaruhi manah - sombong dan durhaka
5. Samana (lobang pepusuhan), pengaruh jiwa menjadi loba dan serakah.
6. Naga (lobang lambung) pengaruh karakter yang berkaitan dg Miserable Ripu
7. Wyana (lobang sendi) pengaruhi perbuatan memunculkan Subha Asubha Karma.
8. Apana (pantat kemaluan) pengaruhi kama yg berkaitan denga Sapta Timira.
Kesembilan lobang manusia ini dapat mengantar manusia kelembah dosa. Pengabenan Pranawa juga diikuti dengan upacara pengaskaran.
Ada lima jenis Pengabenan Pranawa
1. Sawa Pranawa: Disertai jenasah atau watang matah
Pengabenan sederhana, dengan tingkat terkecil karena tidak dengan pengaskaran. Berarti tidak menggunakan kajang, otomatis tanpa upacara Pengajuman Kajang. Tidak menggunakan bundle paga, damar kurung, damar layon, damar angenan, petulangan, tiga sampir, baju antakesuma dan payung pagut. Hanya menggunakan peti jenasah dan Pepaga/penusangan untuk mengusung ke setra. Pelaksanaan upacara di setra saja. Pengabenan Swastha Geni ini sering rancu dengan pengabenan Geni Pranawa.
Swasta asal katanya "su" (luwih, utama). Astha berasal dari Asthi (tulang, abu). Dengan demikian Swastha berarti pengabenan kembali ke intinya tapi tetap memiliki nilai utama. Pengabenan swstha terdiri dua jenis: